Cerita bermula ketika sebuh jalur menghubungkan antara jalur Selatan yang dimana jalur tersebut sering dilewati masyarakat karena jalur tersebut jalur menuju selatan. Ada sebuah jalan tanjakan dan turunan dijalur tersebut yang bernama jalur Nagrek yang dimana setiap hari, tiap bulan bahkan setiap tahun mengintai korban jiwa. Tanjakan tersebut menghubungkan tanjakan gentong dikarenakan jalur nagrek menghubungkan jalur Tasik dan Garut. Jalur ini rawan karena tanjakan yang curam dan medan yang rawan dan dikelilingi oleh tebing dan jurang yang terjal. Juga terdapat sisi mistis di daerah tersebut.
Dari tahun ke tahun jalur Nagrek dipenuhi oleh pengguna kendaraan bermotor, baik roda dua, roda empat maupun truk dan tronton. Catatan kepolisian mencatat angka kecelakaan dari tahun ke tahun Jumlah kecelakaan lalu lintas pada Lebaran tahun ini menurun hingga 30%. Sebagian besar korban kecelakaan adalah pemudik sepeda motor. Berdasarkan data Rumah Sakit Daerah (RSD) Kab. Bandung dari H-2 hingga H+4, sedikitnya ada 91 korban kecelakaan yang dibawa ke RSD Soreang.
Jalur Nagrek akan padat ketika weekend dan liburan panjang tiba. Sama halnya seperti hari Raya Idul Adha, jalur tersebut macet hingga berpuluh-puluh kilometer. Penyebabnya adalah jalur yang sempit dan adanya perlintasan kereta api dan juga banyak penjual oleh-oleh khas bdg seperti ubi cilembu dan lain-lain, Sekitar tiga tahun yang lalu, pemerintah Pusat merencanakan pelebaran jalan di Nagrek dengan asumsi memperluas lintasn jalur lalu lintas.
Dengan itu banyak penggusuran tanah dan pembebasan tanah yang dimana tanah per meter dihargai sekitar dua ratus ribu rupiah untuk pembanguan jalur lingkar Nagrek. Jalur ini yang direncanakan menghubungkan jalur Nagrek dan Tasik sehingga kendaraan Tidak perlu melalui tanjakan jalur nagrek sehingga kendaraan tidak banyak menumpuk di tanjakan.
Di lain sisi, jalur nagrek banyak menawarkan panganan serta oleh – oleh khas bandung seperti : dodol, opak, kerupuk,simping Dll. Dan yang paling khasnya adalah ubi cilembu yang dimana Penjualnya adalah asli orang nagreg, dan orang- orang sekitar menggantungkan hidupnya kepada lalu lintas kendaraan yang berhenti ke tokonya yang semi permanaen dikarenakan kehidupan sehari-harinya menggantungkan hidup menjual ubi cilembu yang dimana ada seorang Penjual bernama pak Yahya. Dia menjual ubi cilembu baru 1 tahun di jalur cicalengka jalan by pass. Cicaklengka dia berjualan ada sekitar 6 orang lebih yang dimana masih ada ikatan keluarga, ketika membangun tempat jualannya dia hanya membutuhkan modal sekitar 500 ribu.
Selama berjualan sekitar 1 tahun Pa yahya merasakan jalur tersebut kurang menguntungkan dikarenakan lintasan yang cepat juga median jalan yang berdekatan dengan tempat berjualannya.sehinga rata–rata mendapatkan penghasilan seratus ribu yang dirasa cukup tidak cukup untuk menghidupi keluaranya berbeda dengan yang beada di jalur utama nagrek,yaitu jalur utama.
Kehidupan di Jalur nagrek berbeda denagan di jalan by pass. Di karenakan median jalan yang luas seta kenyamanan dalam berhenti dalam membeli oleh-oleh jauh lebih nyaman daripada di jalan nagrek, tetapi para menjual merasa gundah ketika setaip saat ada perubahan – berubahan di jalur tersebut dikarenakan sampe sekarang jalur tersebut belum kunjung selesai menurut Teh Tini sebagai bandar Penyeum, sudah tiga kali kondisi median jalan mengalai perubahan sehingga dia merasa khawatir.
Sama halnya dalam benakan puluhan pedagang di jalur tersebut. Tetapi menghasilan di jalur nagrek sunggung mencukupi dari pada di jalur by pass sekitar 1000.000 perhari bahkan lebih jika di hari – hari tertentu. Sehingga cukup untuk membuat dapur mengebul setiap saat, sama halnya Pak Cucu yang menjual nasi si sekitar jalur nagrek. Dia berkata disini lumayan dan banyak orang yang sekedar makan dan istirahat di jalur tersebut.
Masyarakat nagrek telah bertahun - tahun memanfaatkan jalur tersebut untuk memfaatkan dan menggantungkan hidup demi kehidupan anak, ccunya di jalur nagrek,
Dan hanya satu pertanyaan di benaknya adalah kapan penyelesain jalur nagrek yang belum juga selesai sampai sekarang, sehingga para pedagang leluasa menjual tanpa rasa takut.
mencari kehidupan untuk kehidupan di jalur yang tidak kunjung selesai..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar